Kim Ji Young (Jung Yu-Mi) memiliki nama yang umum untuk wanita seumurannya. Ia bekerja disebuah agensi PR. Kim Ji-Young menikah dan memiliki seorang putri. Agar bisa membesarkan putrinya, Kim Ji-Young berhenti dari pekerjaannya. Ia menjalani kehidupan yang biasa saja. Tiba-tiba, Kim Ji-Young mulai berbicara seperti ibunya, temannya dan orang lain. Ia seperti kerasukan oleh orang lain. Apa yang terjadi dengannya?
Medium.com |
REVIEW (SPOILER ALERT!)
Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama ini sempat menjadi kontroversi di Negara Korea Selatan karena membawa unsur feminist di sebuah negara patriarkis. Bahkan beberapa artis atau idol yang membaca novelnya saja sempat jadi "bulan-bulanan" disana, menunjukkan betapa sulitnya kehidupan seorang perempuan disana. Tapi, bagi perempuan yang lain film ini memberikan banyak realitas yang memang kelak akan dijalaninya.
Cerita yang diangkat sangat sederhana, hanya menggambarkan kehidupan seorang wanita karir yang harus menyerah dengan mimpinya karena ia menikah dan harus membesarkan putrinya di rumah. Dengan segala kesibukannya yang hanya berputar pada anak dan rumah tentu seorang perempuan yang pernah cemerlang di karirnya akan mengalami jenuh dan ingin kembali ke kehidupannya yang dahulu. Tapi, dari film ini akan terlihat bahwa Korea Selatan yang begitu cemerlang sekarang dengan semua K-POP dan K-Drama memiliki kehidupan yang sangat keras.
Di Korea ditunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki derajat yang jauh lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Masih banyak orang tua disana yang belum bisa menerima bahwa laki-laki juga bisa bekerja di rumah layaknya seorang perempuan, bahwa laki-laki juga bisa membantu istri di rumah dengan memasak dan mencuci (mungkin tidak semua juga). Belum lagi di Korea juga banyak sekali acara-acara keluarga besar yang beban kerjaannya dibebankan ke menantu perempuannya. Benar-benar berat menjadi seorang perempuan disana (ya tapi sebenarnya dimana-mana sama saja sih)
Kalo untuk pemainnya udah gak usah ditanya lagi ya. Jung Yu Mi dan Gong Yoo udah melalang buana di dunia film dan drama sejak lama jadi gak usah ditanyakan lagi bagaimana mereka membawakan karakternya. Bener-bener epic! Jung Yu Mi bener-bener bisa membawakan karakternya dengan sempurna, membuat aku terkhususnya bener-bener merasakan apa yang dia rasakan. Bagaimana juga perasaan orang tuanya atas "penyakit" yang dimilikinya ini. Gong Yoo juga sebagai suami yang "kacau" karena khawatir dengan keadaan istrinya benar-benar bisa ditangkap dengan mudah oleh penontonnya. Pokoknya untuk urusan pemain tidak usah ditanyakan lagi deh!
Apa moral yang aku dapat dari film ini?
Film ini benar-benar menunjukkan realitas seorang perempuan yang nantinya pasti akan menjadi seorang ibu dan seorang istri. Sempat membuatku berpikir bahwa apakah aku juga akan menjalani kehidupan Kim Ji Young karena aku juga sekarang sedang bekerja. Memang film ini mengajak kita berpikir dan harus merencanakan dari sekarang. Apakah aku akan siap untuk melepaskan pekerjaan ini? Kalau aku tetap kerja siapa yang akan menjaga anakku nantinya. Dilema-dilema yang aku pendam tapi mau tidak mau akan terjadi. Film ini benar-benar akan membuka pikiran kita sebagai wanita.
Meskipun jaman sekarang banyak sekali wanita yang juga bisa bekerja tetap menjadi ibu dan istri. Tapi, untuk seorang calon ibu (muda) pasti dilema ini akan tetap datang. Belum lagi, di film ini juga ditunjukkan banyak sekali orang-orang yang suka menghakimi kehidupan orang lain. Ada suatu adegan ketika Kim Ji Young hanya menikmati kopinya sendirian sambil mengasuh anaknya langsung menjadi omongan gerombolan anak muda yang sedang break bekerja, mengatakan bahwa enaknya ia bisa menikmati kopi dengan uang hasil suaminya sedangkan mereka bekerja keras dahulu. Ada juga adegan "orang-orang tipe sama" protes karena coffee shop penuh dengan anak-anak dan bagaimana mereka harusnya menikmati kopi saja di rumah.
Akan selalu ada orang-orang yang menghakimi apapun yang ada di sekitar mereka. Tapi akan lebih baik jika mereka bisa menahannya setidaknya sampai orang yang akan dibicarakan itu sudah pergi. Karena jujur saja, hal-hal seperti ini bisa mempengaruhi kondisi psikologis dan mental seseorang. Bisa membuat kita menjadi minder dan semakin tertutup. Padahal mereka belum tau apa yang sudah dialami seseorang itu untuk berjuang hidup. Akan banyak orang yang berkata untuk diabaikan saja tapi tetap saja semua itu tidak akan pernah bisa kita abaikan. Akan lebih baik jika dari kita sendiri mulai menahan untuk menghakimi orang-orang yang tidak kita kenal ataupun kita kenal.
Tidak hanya untuk perempuan, tapi laki-laki juga harus menonton film ini. Mereka harus bisa melihat apa yang akan terjadi, perubahan apa yang akan terjadi dalam kehidupan perempuan itu ketika mereka menjadi seorang istri dan ibu. Agar laki-laki juga bisa memahami perasaan perempuan yang kelak atau sudah menjadi istrinya itu. Karena stress itu tidak hanya menyerang orang-orang yang bekerja di kantoran atau dimana pun. Sebagai seorang ibu pun bisa menyebabkan stress jika ia tidak kuat. Bukankah sudah banyak orang-orang yang mengalami baby blue dan postpartum depression. Itu semua nyata dan bisa terjadi kepada siapa saja. Jadi, mungkin seorang suami bisa menjadi suami yang supportive minimal mendengarkan juga keluh kesah sang istrinya. (maaf karena aku belum nikah jadi aku belum paham tapi ini hanya pendapatku dan hasil pengamatanku dari orang-orang sekitar)
Tapi, ada satu hal yang agak berbahaya kalau menurutku bisa menjadi boomerang bagi penontonnya. Memunculkan ketakutan akan realitas yang akan dihadapi seorang perempuan. Akan ada orang-orang yang menjadi takut menikah dan memilih untuk sendiri saja karena tidak sanggup kehidupannya direnggut. Wanita-wanita yang mungkin tidak siap meninggalkan karirnya yang cemerlang, karena tentu akan ada yang dikorbankan bagi perempuan ketika sudah menjadi seorang ibu.
Banyak banget pesan yang bisa ditangkap dari film ini, jadi aku benar-benar menyarankan sekali untuk menonton film ini. Jangan lupa juga untuk siapkan tissue yaaaa karena akan ada adegan-adegan yang benar-benar menguras emosi karena berhubungan dengan orang tua kita juga. Film ini aku beri rating 4/5! Sebelum film ini hilang dari peredaran, segera serbu aja ke bioskop terdekat yaaa...
Selamat menonton :)
4 Comments
Sedih banget nonton film ini mba T_____T udah baca bukunya juga belum? Aku belum main-main ke label book di blog ini jadi nanya dulu wkwkwkwk.
ReplyDeleteAda adegan yang diromantisasi nggak sih? Yang waktu Jiyoung sama suaminya itu ngomongin soal anak. Yang suaminya kayak yaudah ayo bikin anak tapi adegannya dibuat manis gitu huhu padahal yaaa gimana ya Jiyoung kan posisinya belum siap punya anak :(
Sedih banget sih sama budaya patriarkis, jadi bisa relate dengan Jiyoung karena di Indonesia juga budaya patriarkis ini sangat tidak asing.
Aku belom baca bukunyaa Mba... sebenernya sengaja gak baca sih karena aku takut kecewa setelah baca bukunya... tapi apakah aku harus baca juga bukunya?
DeleteKayaknya emang sebagian besar wanita yang udah nikah yaudah tuntutannya emang harus segera punya anak dan mikirin keluarga aja, karier bisa disingkirkan begitu aja...
ini sedih banget filmnya, pas nonton Filmnya, walaupun di Korea, tapi bisa ngerasain juga soalnya di Negara kita juga masih ada yang menganut sperti itu kalau perempuan itu harusnya di rumah aja, seperti yang di tuntut ke Ji Young,
ReplyDeleteIya... bener banget. Pas nonton ini tuh kerasa relate-nya banget. Karena hal ini ya gak terjadi di Korea doang tapi di Indonesia juga masih banyak yang kayak gini
Delete